Pengalamanku dengan Arjuna Express
Kali ini
saya akan berbagi cerita tentang KRDE Arjuna atau Arjuna Express. Kereta ini
diluncurkan sebagai angkutan gratis saat lebaran. Kereta ini merupakan kereta
baru karya anak bangsa yang melayani perjalanan Surabaya – Madiun dan
sebaliknya. Pada saat masih gratis, ternyata tidak banyak penumpangnya. Sepertinya,
masyarakat belum mengetahui kereta baru ini.
Setelah
melewati masa lebaran, bagi yang ingin naik dikenakan biaya Rp 50.000 – Rp 55.000.
Kebetulan saya naik pada saat akhir minggu, mungkin karena itu harga tiketnya
lebih mahal Rp 5.000, untuk perjalanan dari Surabaya menuju Madiun. Saya pun
menunggu di ruang tunggu penumpang stasiun Surabaya Kota, setelah membeli tiket
sebanyak 3. Kereta tersebut terlambat sekitar 20 menit dari jadwal
keberangkatan pada jam 16.30(menurut jam tangan yang saya pakai, itu terlambat
sekali -_-a).
Pada saat
kereta tiba di jalur 6, kami pun bergegas menuju jalur 6 sambil menunggu
keretanya berhenti dan membukakan pintu (pintu dan pijakan kaki nya otomatis
loooohh… :D ). Nampaknya, pintu dan pijakan kaki menggunakan teknologi hidrolik,
sehingga menimbulkan bunyi mendesis.
Tak paham dengan kode di belakangnya. :( |
Penumpangnya
sangat sedikit, ada yang berpendapat karena harga tiketnya terlalu mahal, ada
juga yang bilang karena sosialisasi Arjuna Express ini kurang. Menurut saya,
banyak masyarakat yang bisa mengerti antara biaya dan fasilitas yang didapat sesuai
dengan harga.
Setelah
naik dan tak lama kemudian lampu kereta kemudian dinyalakan, lampu sangatlah
terang(warna putih) dan gerbong masih terlihat bersih. Tapi ada pemandangan
yang aneh bagi saya, ada kursi yang memiliki tempat longgar yang sangat sedikit
dan tanpa jendela. Bahkan ada kursi yang diletakkan persis di depan pintu.
Lantai dalam gerbong juga ada bagian yang menanjak, menurut saya ini tidak
nyaman(karena kami duduk di situ secara berhadapan). Efek dari tanjakan itu,
adalah ruang yang lebih luas meskipun pada posisi miring (aku tak biasaaaaa…
karena barang bisa saja meluncur sendiri). Saya sendiri juga melihat garapan
kereta yang asal-asalan. Banyak sekali bagian dalam gerbong yang terpasang
dengan kemiringan yang berbeda. Ada juga bagian yang dipasang terlalu rapat,
atau agak longgar. Ada pula kursi yang menutupi bagian pengaturan pendingin
ruangan / AC, apabila kondisi kereta sangat ramai, ketika dilakukan pengaturan
suhu pendingin ruangan, pasti akan membuat penumpang merasa tidak nyaman.
Pegangan untuk tangan yang menggantung. |
Di dalam
gerbong juga terdapat pegangan tangan untuk penumpang yang berdiri. Sepertinya
juga tidak dipikirkan ketika menghadapi peak
season(musim banyak pengguna), karena tempat untuk barang bawaan besar juga
sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah yang disediakan untuk penumpang.
Ketika
kereta berjalan, saya bisa bilang “WOW!!!”. Saat kereta berjalan, getarannya
tidak terlalu terasa. Menurut saya, ini level-nya lebih tinggi dari gerbong
bisnis maupun eksekutif yang pernah saya naiki, padahal Arjuna Express di
golongkan kelas EKONOMI. Lampu yang ada di tiap-tiap gerbong sangat banyak dan
terang(seperti penjabaran sebelumnya…). Ketika pertama kali merasakan
perjalanan dengan kereta ini, saya seperti berada di luar negeri(maklum, teknologi
ini tergolong baru yang di terapkan di DAOP 8… hehe…). Setelah agak jauh
berjalan, ternyata ada juga yang menjual makanan dan minuman di dalam kereta. Bahkan,
ada pula meja yang nampak seperti café mini yang lengkap dengan 2 kursi ala café.
Mungkin
karena pada malam hari terlalu sering terjadi persimpangan dengan kereta lain,
Arjuna Express sering sekali berhenti dalam waktu lama. Bahkan ada yang hampir
1 jam. Sehingga, total perjalanan pada malam hari mencapai 5 jam, karena
seringnya kereta ini mengalami penundaan perjalanan. Sorotan saya berikutnya
adalah kamar mandi/toilet. Mungkin karena masih baru, toiletnya sangat bersih.
Tapi saya ternyata harus berhati-hati, karena lantai toilet nya sangat licin.
Bagi pemakai sandal crocs atau sepatu yang tidak anti-slip, wajib juga
berhati-hati, karena lantai yang licin masih bisa menjatuhkan penumpang yang
ada di dalamnya. Bahkan ketika saya tanpa menggunakan alas kaki, licin-nya pun
masih terasa (T_T).
Oh iya,
kecepatan kereta ini memang bisa di sandingkan dengan kereta berkelas. Karena,
hanya berhenti di beberapa stasiun besar saja. Kekurangan selama perjalanan
hanya terlalu lama berhenti ketika terjadi simpangan. Kadang juga dibarengi
dengan pengecekan mesin selagi menunggu kereta lain yang mau lewat.
Bagi umat
muslim, saya rasa bisa melaksanakan sholat maghrib di mushola stasiun, asal
dengan peralatan sendiri. Bagi wanita, tidak disarankan untuk dandan terlalu
lama(hehe, ini bagi yang bisa membaca situasi saja).
Dari Madiun
ke Surabaya, relative agak cepat dengan harga tiket yang sama Rp 55.000.
Persimpangan jarang sekali terjadi, dari keberangkatan tepat jam 7 sampai
stasiun Gubeng jam 10.15.
Secara keseluruhan. Matras hitam merupakan tanjakan. |
Ada pula kereta
dengan model yang sama, juga ada yang menuju kearah Blitar. Kalau gak salah
namanya Kelud Express.
Kabarnya
kereta ini terakhir beroperasi tanggal 10 September 2012. Sayang sekali,
padahal dari sisi kecepatan, fasilitas, dan kemampuan redam getaran gerbong
sudah lebih dari sekedar kelas Ekonomi. Hanya berharap kereta ini masih
beroperasi untuk seterusnya, sehingga mendorong transportasi kereta api untuk
lebih baik dan lebih cepat lagi. Semoga kereta di Indonesia bisa makin canggih
dan itu semua hasil karya negeri sendiri. :D
Comments